Kenapa UMKM Perlu Punya Toko Online Sendiri (Bukan Cuma Andalkan Marketplace)
Banyak UMKM rugi diam-diam karena tingginya biaya marketplace. Pelajari pentingnya membangun toko online sendiri agar margin lebih besar dan brand makin kuat.
Seribukilo Creative Engine
5/27/20252 min read


1. Marketplace itu Ramai, Tapi Biayanya Juga Tinggi
Shopee, Tokopedia, dan marketplace lainnya memang menyediakan lalu lintas pengunjung yang besar, tapi di balik kemudahannya, ada biaya-biaya yang seringkali menggerus margin. Mulai dari komisi penjualan (2–6%), biaya layanan, biaya iklan, hingga potongan saat ada voucher atau diskon platform. Sebuah laporan iPrice (2023) mencatat bahwa UMKM rata-rata kehilangan 15–20% margin bersih dari setiap penjualan karena fee platform dan subsidi promosi.
2. Punya Toko Online = Bebas Atur Harga dan Profit
Dengan membangun e-commerce atau toko online sendiri, UMKM bisa mengatur sendiri strategi harga, promo, hingga tampilan katalog tanpa harus mengikuti algoritma marketplace. Tidak ada potongan komisi per transaksi. Anda bisa menentukan promo yang benar-benar menguntungkan, tanpa terjebak subsidi silang yang kadang justru merugikan pelapak.
3. Aset Digital = Investasi Jangka Panjang
Toko di marketplace itu seperti sewa lapak di pasar: ramai, tapi bukan milik kita. Toko online = properti digital Anda sendiri. Website, database pelanggan, hingga SEO adalah aset yang terus bekerja bahkan saat Anda tidur. Setiap kunjungan ke website Anda bisa di-retarget lewat email, iklan, atau bahkan WhatsApp Broadcast. Marketplace? Anda bahkan tidak bisa lihat siapa pembelinya secara langsung.
4. Kontrol Branding dan Pengalaman Pelanggan Lebih Baik
Di marketplace, tampilan toko dibatasi template, dan branding Anda bersaing dengan ribuan kompetitor dalam satu layar. Sementara di toko online sendiri, Anda bisa mengatur warna, layout, font, bahkan narasi produk sesuai identitas brand Anda. Ini membuat pelanggan lebih mudah mengenali bisnis Anda, sekaligus menciptakan pengalaman belanja yang lebih personal dan profesional.
5. Peluang Meningkatkan LTV (Customer Lifetime Value)
Pelanggan dari toko online cenderung lebih loyal karena Anda bisa membangun hubungan langsung, seperti follow-up via email, memberi akses promo eksklusif, atau membuat sistem membership. Ini meningkatkan LTV pelanggan—bukan hanya beli sekali, tapi berulang-ulang. Sesuatu yang sulit dilakukan jika hanya mengandalkan marketplace, di mana semua kontrol komunikasi dipegang oleh platform.
6. Teknologi Toko Online Sudah Makin Mudah dan Terjangkau
Dulu, bikin toko online perlu programmer dan biaya besar. Sekarang? Cukup dengan platform seperti Shopify, WooCommerce, atau bahkan Hostinger Website Builder, UMKM bisa punya toko online hanya dalam hitungan jam. Biaya tahunan pun jauh lebih murah dibanding total fee tahunan yang dibebankan oleh marketplace jika dihitung dari total omzet bulanan.
7. Marketplace Bisa Jadi Kanal Support, Bukan Sumber Utama
Bukan berarti harus meninggalkan marketplace sepenuhnya. Justru sebaiknya tetap digunakan sebagai saluran akuisisi pelanggan baru. Tapi, arahkan pelanggan tersebut untuk follow akun sosial media, masuk ke grup WhatsApp, dan pelan-pelan kenalkan toko online Anda. Strategi ini dikenal sebagai "kanal konversi bertahap", dan terbukti sukses di banyak brand lokal yang ingin mandiri dari biaya marketplace.
Penutup:
UMKM harus berani melangkah keluar dari bayang-bayang marketplace. Mulai bangun ekosistem sendiri, kuasai data pelanggan, atur margin dengan lebih leluasa, dan kuatkan branding. Karena di era digital hari ini, toko online bukan sekadar pelengkap—ia adalah pondasi bisnis jangka panjang.
👉 Seribukilo hadir untuk membantu UMKM menyiapkan kemasan yang tidak hanya fungsional, tapi juga memperkuat citra brand. Karena membangun toko online yang sukses dimulai dari kesan pertama yang kuat.